Lebaran atau hari raya bagi umat Islam adalah waktu istimewa, maka tidak heran jika dirayakan secara sangat meriah. Ada dua hari raya dalam islam, yaitu idul fitri dan idul adha.
Namun jika kita lebih jeli melihat, sebenarnya ada perbedaan sikap umat islam dalam menyambut kedua hari raya ini. Terlihat bahwa biasanya perayaan idul fitri lebih meriah dan disambut dengan suka cita.
Tak jarang agenda idul fitri ini menjadi agenda tahunan untuk mengganti cat rumah, dan membeli baju baru. Belum lagi membuat berbagai macam kue, membersihkan rumah, mengganti atau mencuci horden, dll. Padahal semua persiapan itu dikerjakan dalam bulan ramadhan, namun smua orang tetap bersemangat.
Pemandangan yang berbeda terlihat ketika menjelang idul adha. Dengan persiapan seadanya, bahkan terlihat tidak begitu antusias, padahal seharusnya kita lebih memuliakan idul adha, kamu tahu kenapa?
Berikut saya berikan alasan-alasannya
1. Takbir lebih lama dibanding Idul Fitri
a. Idul Fitri
Takbiran pada saat idul fitri dimulai sejak maghrib malam tanggal 1 syawal sampai selesai shalat ‘id.
Hal ini berdasarkan dalil berikut:
Allah berfirman, yang artinya: “…hendaklah kamu mencukupkan bilangannya puasa dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (Qs. Al Baqarah: 185). Hanya beberap jam saja.
b. Takbiran Idul Adha ada dua:
Takbiran yang tidak terikat waktu (Takbiran Mutlak)
Takbiran hari raya yang tidak terikat waktu adalah takbiran yang dilakukan kapan saja, dimana saja, selama masih dalam rentang waktu yang dibolehkan. Takbir mutlak menjelang idul Adha dimulai sejak tanggal 1 Dzulhijjah sampai waktu asar pada tanggal 13 Dzulhijjah
Takbiran yang terikat waktu
Takbiran yang terikat waktu adalah takbiran yang dilaksanakan setiap selesai melaksanakan shalat wajib. Takbiran ini dimulai sejak setelah shalat subuh tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah shalat Asar tanggal 13 Dzulhijjah.
Selengkapnya
2. Idul adha merupakan 1 dari 10 hari mulia dalam setahun
Idul adha termasuk didalam 10 hari pertama bulan Dzhulhijjah.
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.“
[HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu ‘Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim ]
Bacaan selanjutnya
3. Qurban
Sebuah ayat yang menjadi pertanda disyari’atkannya ibadah qurban adalah firman Allah Ta’ala,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).” (Qs. Al Kautsar: 2).
Hikmah di Balik Menyembelih Qurban
Pertama: Bersyukur kepada Allah atas nikmat hayat (kehidupan) yang diberikan.
Kedua: Menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim –khalilullah (kekasih Allah)- ‘alaihis salaam yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail ‘alaihis salaam ketika hari an nahr (Idul Adha).
Ketiga: Agar setiap mukmin mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Isma’il ‘alaihimas salaam, yang ini membuahkan ketaatan pada Allah dan kecintaan pada-Nya lebih dari diri sendiri dan anak. Pengorbanan seperti inilah yang menyebabkan lepasnya cobaan sehingga Isma’il pun berubah menjadi seekor domba. Jika setiap mukmin mengingat kisah ini, seharusnya mereka mencontoh dalam bersabar ketika melakukan ketaatan pada Allah dan seharusnya mereka mendahulukan kecintaan Allah dari hawa nafsu dan syahwatnya.[6]
Keempat: Ibadah qurban lebih baik daripada bersedekah dengan uang yang semisal dengan hewan qurban.[7]
Lebih lanjut
Sumber Gambar :
http://www.yoursingapore.com/content/dam/yoursingapore/travellermasthead1c/images/hari-raya-haji.jpg