Politik

Memilih Pemimpin dan Jangan GolPut (bagian 2)

Artikel ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya tentang memilih pemimpin. Bahasan kali ini adalah tentang Golput. Ok, sebagai mana yang sudah di maklumi, gulpot adalah singkatan dari  golongan putih. Namun apakah anda tahu darimana istilah ini awalnya muncul?

Mengutip dari blog sergap-progresif:

Golput (golongan putih) dilahirkan menjelang Pemilu 1971 oleh sekelompok mahasiswa dan cendekiawan, antara lain Arief Budiman dan Imam Waluyo. Itulah asal mula timbulnya istilah golput.
Istilah “golput” (kependekan dari golongan putih) memang sangat lekat dengan politik. Istilah ini muncul kali pertama di proklamasikan pada 3 Juni 1971, di Gedung Balai Budaya Jakarta, yang diperkenalkan oleh sejumlah kalangan aktivis muda saat itu, seperti Arief Budiman, Imam Waluyo, Julius Usman, Husin Umar, Marsilam Simanjuntak, dan Asmara Nababan. . Kelompok ini merasa aspirasi politik mereka tidak terwakili oleh wadah politik formal yang ada waktu itu. Mereka menyerukan pada orang-orang yang tidak mau memilih parpol untuk menusuk bagian yang putih (yang kosong) di antara sepuluh tanda gambar yang ada inilah yang mendasari sehingga muncul istilah GOLPUT dan lawan dari itu adalah GOLHIT (golongan hitam).

GolPut merupakan gerakan yang menyuarakan sikap politik yang tidak mendukung partai politik, akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap legislatif dan atau eksekutif. Cara misalnya dengan sengaja tidak ikut pemungutan suara (TPS), datang ke TPS tetapi dengan sengaja memilih/menusuk lebih dari satu tanda gambar pada kertas suara sehingga dinyatakan tidak sah atau mencoblos di luar tanda gambar, oleh karenanya dinyatakan tidak sah.

Apakah GolPut melanggar hukum?

Jawabannya tidak, karena di UU tentang Pemilu No.10/2008, pasal 19 ayat 1 berbunyi:

WNI yang pada hari pemungutan suara telah berumur 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih

Terlihat bahwa kata yang digunakan adalah “hak”, bukan “kewajiban”. Kemudian pada Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang diamandemen tahun 1999-2002, tercantum Dalam pasal 28 E disebutkan:

Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.

Hak memilih di sini termaktub dalam kata bebas. Artinya bebas digunakan atau tidak.

Namun, apa sebenarnya kerugian jika kita tidak menggunakan Hak Memilih yang kita punya, atau dengan kata lain, apa rugi jika kita GolPut?

1. jika tidak memilih, maka akan ada kertas suara yang berlebih, itu bisa menjadi potensi kecurangan pemilu jika ada yang memanfaatkan kertas suara tersebut.
2. Golput bisa berarti pasrah pada keadaan. Diam tidak kemudian membuat bangsa ini menjadi lebih baik.
3. Jika kita tidak memilih orang baik untuk menjadi pemimpin, maka yakinlah yang terpilih adalah yang sebaliknya.
4. Golput juga bukan pilihan, tapi keraguan. Ragu karna tidak tahu harus memilih siapa 🙂
5. Jika sebuah kebijakan yang merugikan dibuat pemerintah, maka orang yang golput juga terkena imbasnya.

Namun akhirnya, memilih atau tidak, itu adalah HAK masing-masing kita. Namun pastikan 1 hal bahwa apapun pilihan yang kita ambil itu memang berdasarkan alasan ataupun argumentasi yang jelas dan tidak sekedar ikut-ikutan belaka 🙂

Politik

Memilih Pemimpin dan Jangan GolPut (bagian 1)

Mungkin ada diantara anda yang berpikir untuk Golput pada pemilu mendatang. Entah karEna anda kecewa dan tidak percaya dengan partai yang ada sekarang. Namun sebelum Anda memutuskan untuk golput, saya menawarkan alternatif pemikiran yang mungkin bisa menjadi pertimbangan:

Tidak ada Partai yang sempurna

Jika anda mungkin muak dengan tingkah para politisi dari semua partai dan akhirnya memutuskan untuk golput, maka saya katakan “iya, tidak ada partai yang sempurna”.

Manusia adalah makhluk sempurna karena diciptakan oleh ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Sempurna. Kesempurnaan manusia terletak pada penciptaannya dan dibandingkan dengan makhluk lain, namun bukan berarti manusia adalah kesempunaan itu sendiri.
Nah, jika manusia sendiri tidak sempurna dan manusia adalah tempatnya salah maka bagaimana mungkin partai yang merupakan produk manusia bisa menjadi sempurna?
Yang perlu kita sadari bahwa setiap partai politik memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi tugas kita adalah melihat dan menilai, partai dan kader dari partai mana yang layak kita pilih.

Nilai Parpol anda

Belakangan ini muncul berita tentang perbandingan korupsi antar parpol di Indonesia. Sehingga nampak jelas mana parpol yang kadernya banyak tersangkut kasus korupsi dan mana yang sedikit. Sebelum anda memutuskan untuk memilih partai tentu berdasarkan data tersebut, saya menawarkan sebuah pemikiran.
Misalnya anda membandingkan partai A dengan partai B, dimana berdasarkan data itu terdapat 8 orang kader partai A yang tersangkut korupsi dan 2 kader dari partai B. Nah pertanyaannya, apakah berarti partai B lebih baik dari partai A?

Bagaimana kalau kita melihat dari sudut yang berbeda?
Bahwa partai A dengan banyaknya akder yang telah tertangkap, membuat partai ini “lebih bersih” dari korupsi, dan sebaliknya di partai B, baru 2 orang yang ketahuan korupsi dan kemungkinan masih banyak yang berlum terendus oleh pejahatannya. Jadi sarannya, jangan terlalu fanatik pada 1 partai tertentu 😀

Tips memilih :
Jelas sebagai Muslim, hal pertama yang harus dijadikan landasan untuk melakukan sesuatu adalah Al-Qur’an. Didalam Al-Qur’an, ALLAH Subhanahuwata’ala secara jelas telah menerangkan di Surat Ali Imran ayat 28 sebagai berikut:

Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali(*) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan ALLAH, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan ALLAH memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada ALLAH kembali(mu).
(*)Awliya’ adalah bentuk jamak dari kata wali, berarti teman akrab, juga berarti pimimpin, pelindung atau penolong

Nah, apakah Islam saja cukup untuk menjadi kriteria seseorang layak dipilih? Tentu tidak, maka berikut tips ketika memilih:

Dalam Al-Quran Allah Swt berfirman :

(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. al-Hajj [22]:41)

  1. Kenali calon pemimpinnya, partainya serta visi dan misinya
  2. Pilihlah pemimpin yang cerdas dan tidak hanya menjadi boneka.
  3. Pilih yang bagus akhlaknya, misalnya jangan memilih pemimpin yang ketika kampanye disertai dangdut koplo dan joget-joget gak jelas.
  4. Jangan pilih yang banyak JUALAN janji, apalagi yang memaksa dan arogan kaya gini.
  5. Jangan lupa berdoa ketika memilih

Bagian kedua tentang Jangan Golput